BOGOR, Kobra Post.
Pesta rakyat kuluwung adalah tradisi lokal
khas Bogor Timur tepatnya di Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Kuluwung
adalah ajang ngadu karbit yang dilakukan dua desa sebagai ajang silaturahmi
sekaligus hiburan rakyat. Di samping sebagai upaya pelestarian tradisi lokal di
tengah derasnya arus modernisasi.
Menariknya dari adu karbit ini yaitu
menggunakan puluhan meriam yang terbuat dari pohon kapuk atau randu. Namun, ada
juga yang menggunakan pohon Aren. Tapi untuk menghasilkan kualitas suara
dentuman yang bagus dan nyaring mayoritas memakai pohon kapuk.
Keterangn yang diperoleh Kobra Post,
pohon yang digunakan dilubangi pada bagian dalam batangnya. Kemudian
diikat menggunakan bambu, behel, dan seling supaya tidak keluar udara. Untuk
panjang kuluwung bervariasi mulai dari 5-8 meter. Sedangkan diameter batangnya
mulai dari 50 cm hingga 2 meter. Pohon-pohon tersebut berasal dari sumbangan
penduduk setempat yang memilili pohon kapuk.
Jumlah meriam yang dibuat juga harus sama
sesuai kesepakatan. Kecuali diameternya boleh beda tergantung dapatnya pohon
yang kecil atau besar. Karena itu berpengaruh juga pada suara yang dihasilkan.
Supaya menghasilkan suara dentuman yang keras
seperti meriam, karbit yang telah dipecah menjadi kecil kemudian dicampur
dengan air. Lalu dimasukkan ke dalam meriam dan didiamkan sekitar 3 menitan
supaya karbit mencair dan mengeluarkan asap. Agar karbit tidak cepat menyusut
sebelum dibakar meriam harus ditutupi ilalang atau diurug dengan tanah untuk
menjaga panas. Sehingga saat dibakar menghasilkan suara dentuman yang keras dan
besar.
Untuk menghasilkan satu kali dentuman
dibutuhkan 1-1,5 kilo karbit untuk meriam besar. Sedangkan meriam kecil cukup
seperapatnya saja. Ada tehnis khusus cara pembuatan kuluwung yang bisa
menghasilkan suara keras. Karena semakin besar, keras, dan nyaring suaranya
maka kuluwung itu dinilai bagus.
Meski hanya mengeluarkan suara, namun tetap
memiliki resiko. Kerasnya suara bisa menengungkan telinga bahkan menggetarkan
tanah. Selain itu, bagi yang memiliki penyakit jantung juga tidak diperbolehkan
mendekat. Namun, hal itu tidak membuat warga menjauh malah berada dekat dengan
meriam saat dibunyikan.
Gelegar dentuman suara dahsyat yang memacu
adrenalin ditambah ledakan petasan membuat histeria warga semakin menjadi. Yang
lebih fantastik dari itu, adalah biaya untuk menggelar hajatan “ngadu karbit”
ini mencapai ratusan juta, di antaranya digunakan untuk menyiapkan 2 ton karbit
dan 10 ribu gulungan petasan. Selain ngadu karbit ditampilkan juga sejumlah
hiburan seni degung dan karawitan termasuk seni modern.
Kepala Desa (Kades)
Sukamakmur, Ahmad Sukirman berharap tradisi budaya ini, dapat lestari dan
mengangkat tradisi di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Sukamakmur. Serta
menjadi agenda rutin tahunan dengan pengemasan dan konsep yang lebih baik.


Posting Komentar
Posting Komentar